TIWAH: THE ART OF DEATH IN SOUTHERN KALIMANTAN

  • Vida Pervaya Rusianti Kusmartono Balai Arkeologi Banjarmasin
Keywords: Austronesia, Ngaju, Pendahara, Tiwah, kosmologi, kematian, rumah, perahu, seni

Abstract

Kelompok etnis Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah masih memelihara adat mengelola kematian, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kepercayaan Kaharingan. Kelompok etnis Dayak Ngaju (or Ngaju) terbagi lagi menjadi beberapa sub-kelompok keci/. Praktek mengelola kematian menekankan gagasan tentang hubungan kehidupan di alam maya dan alam baka yang dapat mempengaruhi kesejahteraaan manusia yang masih hidup. Fokus pengelolaan kematian ini adalah upacara kematian Tiwah. Kegiatan pengelolaan kematian merupakan suatu karya manusia sebagai realisasi pemenuhan aspek spiritual kepada yang lebih berkuasa atas hidup man usia dan aspek sosial kepada sesama manusia dan lingkungan di sekitarnya. Artikel ini akan membahas kosmologi dan praktek Tiwah di salah satu sub-kelompok kecil ini mendiami daerah Pendahara pada Sungai Katingan. Tujuan pembahasan terse but adalah agar dapat mengerti bentuk karya, representasi dari karya, dan konteks sosial karya tersebut.

References

Adelaar, K. Alexander. 1995. Borneo as cross-roads for comparative Austronesian Linguistics. In Peter Bellwood, James J. Fox and Darrell Tryon (eds). The Austronesians. Historical and Comparative Perspectives. Canberra: The Australian National University.

Bellwood, Peter and Peter koon. 1989. Lapita colonists leave boats
unburned. The question of La pita links with Island Southeast Asia. Antiquity vol. 63 no.240: 613-0622.

Campbell, Shirley F. 2002. The Art of Kula.Oxford: Berg.

Dyson, L. andAsharini M. 1980/1981 . Tiwah: Upacara Kematian pada Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Jakarta: Proyek Media Kebudayaan Jakarta Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendiidkan dan Kebudayaan.

Hartatik. 2001. Perahu dalam kehidupan religi dan kontinuitas budaya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Naditira Widya nomor 07: 99-108.

Kusmartono, Vida P.R. 2001 . lntegrasi Bangsa a Ia Ngadatun dan Marabia. Naditira Widya nomor 06: 5-69.

Kutojo, Sutrisno, Bambang Suwondo, A. Yunus , and Latif (eds). 1979. Monografi daerah Kalimantan Tengah. Jakarta: Proyek Media
kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Mihing, Teras (ed). 1977/1978. Geografi Budaya Daerah Kalimantan Tengah. Jakarta: Proyek Pene!itian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Riwut, Nila and Agus Farri Husein (eds). 1993. Kalimantan Membangun: Alam dan Kebudayaannya. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Scharer, Hans. 1963. Ngaju Religion. The Conception of God among A South Borneo People. Translated by Rodney Needham. The Hague: Martinus Nijhoff.

Sjarifuddin (ed). 1992/1993. Upcara Tradisional: Upacara Kematian Daerah Kalimantan Se/atan. Banjarmasin: Bagian Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Kalimantan Selatan.

Soejono, R.P. (ed). 1993. Sejarah Nasional Indonesia Jilid I. Jakarta: Balai Pustaka.

Sulistyanto, Bambang. 2002 . Upacara Tiwah Masyarakat Dayak Nagju di Pendahara. Laporan Teknis Penelitian Arkeologi. Tidak diterbitkan. Balai Arkeologi Banjarbaru, Banjarmasin.

Tillotson , Dianne Margaret. 1989. The graves of the rice a!lcestors:
Changing mortuary patterning in Island Southeast Asia. Unpublished
Master Thesis. The Australian National University.

Tono, Suwidi et.al. (ed). 1992. Kalimantan Tengah. Profit Provinsi Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara.
How to Cite
Kusmartono, V. P. R. (1). TIWAH: THE ART OF DEATH IN SOUTHERN KALIMANTAN. Naditira Widya, 1(2), 206-213. https://doi.org/10.24832/nw.v1i1.344