PENTINGNYA MONUMEN DWIKORA DAN KESEJARAHANNYA (THE SIGNIFICANCE OF DWIKORA MONUMENT AND ITS HISTORY

  • Nugroho Nur Susanto, S.S. Balai Arkeologi Kalimnatan Selatan

Abstract

Pada saat ini jiwa patriotisme dan sifat kepahlawanan cenderung memudar, sedangkan figur dan sosok teladan mulai langka. Dengan demikian perlu kehadiran sosok pengganti yang dapat memberi nuansa peristiwa perjuangan dan kepahlawanan. Sosok berupa aspek bendawi itu dapat berupa tugu peringatan atau monumen. Monumen ini walaupun dibuat lebih kemudian diharapkan dapat mewakili semangat dan keteladanan. Melalui metode induktif dengan mengkompilasikan sumber sejarah dan bukti-bukti arkeologi yang lain, diungkapkan peristiwa dan makna masa lalu tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menggali nilai penting aspek ideologis dari tinggalan arkeologi berupa monumen Dwikora. Penelitian ini dapat membantu kita untuk mengungkapkan, menjelaskan, dan mendesain ulang peristiwa masa lalu. Di daerah perbatasan selain masalah ekonomi, ada persoalan yang tak kalah mendesak, yaitu nasionalisme. Monumen Dwikora di Nunukan, Kalimantan Utara, hampir musnah karena terdesak oleh perbedaan kepentingan, demikian pula kisah sejarahnya. Deskripsi kasus di Nunukan ini dihadirkan dalam upaya penanganan dan menakar nilai penting suatu cagar budaya.

Today the soul of patriotism and the nature of heroism tends to fade, while figures and role models are becoming scarce. Thus, it is necessary to have a substitute figure that can give the nuances of the struggle and heroism. The figure in the form of material aspects can be a monument or monument. The monument although made later is expected to represent enthusiasm and example. Through the inductive method by compiling historical sources and other archeological evidence, the events and meanings of the past are revealed. This research was conducted to explore the importance of the ideological aspects of the archeological remains of the Dwikora monument. This research can help us to express, explain, and redesign past events. In border areas besides economic problems, there is a problem that is no less urgent, namely nationalism. The Dwikora monument in Nunukan, North Kalimantan, was almost destroyed because it was pressured by differences in interests, as did its historical story. A description of the case in Nunukan needs to be presented in an effort to handle and measure the importance of a cultural property.

 

Author Biography

Nugroho Nur Susanto, S.S., Balai Arkeologi Kalimnatan Selatan

Google Scholar: https://scholar.google.co.id/citations?user=ObAYJOIAAAAJ&hl=id

Google Scholar Citations: 4, h-index: 1, i10-index: 0

Garuda:http://garuda.ristekdikti.go.id/author/view/633342

Garuda ID: 633342

Field of Research: Historical Archaeology

Researchers at Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

References

Anonim 1, Perang Yang tak Diumumkan. Dalam Majalah KKO-AL Nomor 1-Nop. 1973. Ke- XII Hlm: 2-3.

Anonim 2, Awak Anggota Ki-Ki-O ya!. Dalam Majalah KKO-AL Nomor 1-Nop. 1973. Ke- XII. Hlm. 8-26

James, Harold and Denis Sheil-Small. 1973. The Undeclared War: The Story of The Indonesian Confrontation, 1962-1966. Los Angeles: New English Library.

Lipe, W.D.1984. Value and Meaning in Cultures resources. In Approaches to the Archaeological heritage, H.E. Creere (ed) Hlm. 1-11 Cambridge: University Press

Loomba, Ania, 2016. Kolonialisme/Pasca-kolonialisme. Penerjemah Hartono Hadikusumo. Buku Seru: Yogyakarta

Geier R. Clarence, et.al. 2010. Historical Archaeology Of Militery Sites Methode and Topic. Texas : A & M University Press. Page: 1-2

Hardiman, Fransisco Budi. 2004. Kritik Ideologi: Menyingkap Kepentingan Pengetahuan Bersama Jurgen Habermas. Yogyakarta: Buku Baik

Hodder, Ian and Micheil Shank. 1997. Interpreting Archaeology: Finding Meaning In the Past Michael Shanks. By Rouledge, New Fotter, LONDON, New York

Kuntowidjoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Dian Ilmu.
Soepodoeto, Mayor KKO. Berapa Jumlah Anggota KKO Yang Gugur Selama Tugas Dwikora. Dalam Majalah KKO-AL Nomor 1-Nop. 1973. Ke- XII. Hal. 4-7

Susanto, Nugroho Nur. 2015. “Lapangan Terbang Belanda di Melak-Sendawar Sebagai Pertahanan udara Kalimantan Timur.”Naditira Widya 9 (2): 107-120

Tim Peneliti. 2014. Laporan Penelitian Arkeologi (LPA) Perkembangan Kebudayaan Di dataran Tinggi Kayan Mentarang. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin (Kalimantan Selatan)

Joesoef, Daoed. 2014. Studi Strategi Logika Ketahanan dan Pembangunan Nasional. Jakarta: Kompas
Published
2019-12-31
How to Cite
Susanto, S.S., N. N. (2019). PENTINGNYA MONUMEN DWIKORA DAN KESEJARAHANNYA (THE SIGNIFICANCE OF DWIKORA MONUMENT AND ITS HISTORY. Naditira Widya, 13(2), 121-134. https://doi.org/10.24832/nw.v13i2.398